Posted by : Tapak Tilas Kebudayaan Senin, 04 Februari 2013


Segala budaya luhur yang beratap Indonesia wajib kita lindungi, harga mati. Yang harus kita lakukan adalah melestarikan dan melindunginya dari segala gangguan, dari dalam maupun dari luar. Salah satu gangguan kebudayaan lokal dari luar adalah masuknya berbagai paham yang berseberangan dengan norma luhur yang kita anut. Misal saja hedonisme. Semua elemen penting bangsa harus ikut membentengi budayanya sendiri. Khususnya kita, generasi penerus bangsa yang bukan generasi copy-paste.

Kalangan yang paling rentan terkena budaya hedonism adalah remaja. Dikarenakan pada fase ini anak cenderung menganut dan meniru segala yang ada di lingkungannya. Dengan pesatnya arus informasi, trak sulit bagi para perusak budaya untuk menyelipkan “racun” di dalamnya. Oleh karena itu kita harus siap untuk menangkal datangnya “racun-racun” itu, khususnya para remaja.

Pengertian

Hedonisme merupakan ajaran atau budaya yang memandang bahwa kesenangan dan kenikmatan merupakan tujuan hidup manusia. Budaya ini menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan yang menyakitkan.

Pelajar bangku sekolah misalnya. Mereka lebih senang bolos jika dirasa pelajaran memberatkan. Mereka asyik memainkan dorongan seksual dari mulai berpacaran sampai hubungan seksual di luar nikah. Parahnya, agama yang dianggap sebagai pengekang sudah mulai ditinggalkan. Pengamatan sederhana tersebut cukup untuk menggambarkan bahwa budaya Hedonisme sudah mulai ditiru remaja kita.

Remaja cenderung mengukur segala hal dengan lensa kesenangan. Yang tidak mengandung kesenangan, ditinggalkan. Remaja cenderung menghamburkan uang untuk kesenangan sesaat dan jangka pendek. Suka nonton, shoping, konsumeris, bergaya hidup mewah dan berpola pikir individualis. Fakta yang ada cukup memperkuat anggapan bahwa remaja kita demam Hedonisme. Ini adalah langkah awal menuju bangsa yang suram tak bermasa depan yang cerah.

Solusi

Semua solusi efektif harus mengena pada inti permasalahan. Dalam kasus ini, inti masalah adalah gaya hidup dan pola pikir. Mencoba prihatin pada lingkungan yang miris dapat kita lakukan dalam bentuk membelanjakan uang untuk kebutuhan primer dan sekunder, menabung, tidak terlalu fanatik dan meluaskan wawasan tentang budaya luhur yang menarik di Indonesia. Kemudian menyibukkan diri dalam kegiatan atau komunitas yang banyak manfaat. Pramuka, KIR, Komunitas Penulis, Komunitas Budaya, PMR, Pecinta Alam, Klub Olahraga dan banyak kegiatan lain yang menyibukkan diri dengan pengalaman yang banyak manfaat.

Memang, masalah yang menguji bangsa tak akan pernah berhenti. Selalu akan ada masalah. Karena itulah kita redakan masalah satu per satu. Bagi kita,  mulai dari yang kecil, mulai dari diri sendiri. Karena suatu yang kecil ini suatu saat akan berharga dan urgen. Pepatah mengatakan, «Akibat satu paku terlepas, sepatu kuda ikut terlepas. Akibat sepatu kuda terlepas, kuda tidak bisa berlari mengantar pesan. Akibat pesan tidak sampai, kalah dalam perang». 

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Selamat Datang!

Popular Post

- Copyright © 2013 Tapak Tilas Kebudayaan -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -