Posted by : Tapak Tilas Kebudayaan
Senin, 04 Februari 2013
Budaya menurut pakar dapat
diartikan sebagai segala hal yang terlahir dari rasa, karsa dan cipta manusia.
Menilik pengertian tersebut, budaya memiliki arti luas. Budaya mencakup apapun
yang berkaitan dengan peradaban manusia. Budaya sangat dibutuhkan bagi
kelangsungan peradaban manusia. Dengan budaya khas yang beraneka ragam dan
keistimewaannya, kelangsungan hidup manusia lebih berwarna.
Budaya tidak mungkin ditiadakan
dari hidup manusia. Sejarah buktinya. Jauh sebelum zaman sejarah yang tiada
mengerti bahasa tulis, budaya sudah ada. Manusia menggunakan barang sekitar
untuk mempermudah pekerjaan. Misalnya manusia menggunakan batu untuk berburu.
Mereka juga menggunakan kayu, tulang serta logam. Mulailah ada pengelompokan
budaya berdasar alat yang menusia gunakan.
Sampai kapanpun budaya tidak henti berkembang.
Pun sampai abad kontemporer saat ini, tumbuh berkembang budaya baru dan
pelestarian budaya nenek moyang. Indonesia mengalami pembabakan budaya. Salah
satunya dari sisi kepercayaan. Dahulu, orang Indonesia mempercayai ada kekuatan
dahsyat di alam yang menjaga sebuah keteraturan. Babak ini masyhur disebut
kepercayaan animisme dan dinamisme. Setelah itu masuklah ajaran Hindu memodernisasi paham kepercayaan mereka akan animisme dan dinamisme.
Kemudian masuk Budha sebagai refresh paham sebelumnya. Masa ini
berlangsung sangat lama. Hingga Islam masuk disusul Kristen. Ini menunjukkan
bahwa budaya tidak akan henti berkembang selama masih ada kehidupan.
Budaya tidak bisa tidak harus lestari agar
peradaban juga lestari. Karena budaya adalah nafas peradaban. Bahkan sejatinya
budaya adalah peradaban itu sendiri. Tanpa budaya, tiada peradaban. Senyum merupakan hasil rasa
manusia, namakanlah budaya. Coba saja kalau dunia tidak ada budaya untuk tersenyum.
Langsunglah suram dunia. Ketika kita bertemu orang di jalan atau di taman kota,
lalu orang yang kita temui memasang wajah datar dan lempeng, rasanya sangat
buruk. Pasti suram yang kita rasakan kalau budaya senyum itu tidak ada. Itu
baru senyum. Belum lagi budaya lain yang melekat dengan darah menusia. Seperti agama, sistem kemasyarakatan, ideologi, bahasa, busana, kuliner serta pendidikan.
Menghidupkan
budaya sama saja menghidupkan peradaban. Jadi, hidup dan lestarikanlah budaya
luhur yang membuat wajah kita tersenyum. Lalu jadilah orang yang berbudaya
luhur dan ikut mewarnai dunia. Bukan “terwarnai” oleh dunia.