Posted by : Tapak Tilas Kebudayaan
Senin, 04 Februari 2013
Akan kuutarakan
padamu sahabat
Kureka dimensi
keempatmu
Sayangnya tiada
mata setajam tuhan
Maaf
Tak terlihat apa
yang kau misterikan
Tak juga dengan
mata bulanku
Bulan yang
seharusnya tersenyum meramahimu
Bintang yang
seharusnya menderetkan cintamu
Jagat raya yang
seharusnya menjadi kakimu
Lauhul mahfudz yang
seharusnya melukis takdrimu
Mahabbah yang
seharusnya megilhamimu
Bumi yang
seharusnya menguatkan mimpimu
Matahari yang
seharusnya masuk di matamu
matahari yang
selamanya menunjukkan tuhan pada mu
Kemudian Tuhan yang akan mencintaimu—
Dimana?
Lihatlah tuhan
dalam dirimu
Lihatlah senyum-Nya
Ikutilah tarian-Nya
Nikmatilah suara
merdu-Nya
Dengarkanlah
takdir-Nya
Kemudian jatuh
cintalah pada-Nya
Masukkan Dia dalam
matamu
Masukkan Dia dalam
kukumu
Masukkan Dia dalam
rindumu
Masukkan Dia dalam
suaramu
Masukkan Dia dalam
mimpimu
Dan masukkan Dia
dalam candamu
Pinjamlah otakku
untuk berpikir
Pinjamlah kakiku
untuk berlari
Pinjamlah anganku
untuk bermimpi
Pinjamlah mataku
untuk melihat
Pinjamlah tanganku
untuk berdoa
Gunakanlah detakku
untuk berajut
Rangkailah nyawaku padamu
Simpanlah nadiku
untuk menyelamatkanmu
Pinjamlah tawaku
Lalu gunakan
tangisku
Sungai kecil
mengering
Dari dahan menjadi
ranting
Remuk tulang-tulang
dibanting
Tangis dan ratap
diremas selang-seling
Tawa dan cahaya
mengasing
Terpanen darah dari
keringat kering
Melam berbintang
tiada penting
Untukmu sahabat
Hanya ingin senyuman hati tersungging
Sahabat
|
Tersenyum dari
ikatan yang kubunuh
Tersenyum oleh tawa
hati yang kau hiasi
Tersenyum untuk
takdir yang kuyakini
Dan tersenyum
untukmu,
yang tak pernah
tersenyum (^_^)