Posted by : Tapak Tilas Kebudayaan Selasa, 05 Februari 2013



Berdesakan, warga berebut brekat umum
Sudah tak asing lagi bagi masyarakat Kudus mengenai acara Buka Luwur Sunan Kudus. Acara ini dilaksanakan setiap tanggal 10 Muharamm atau 10 Syuro tahun Hijriyyah. Sebagian masyarakat mengangap bahwa upacara Buka Luwur merupakan upacara peringatan hari wafat atau haul beliau Kanjeng Sunan Kudus. Namun anggapan mereka keliru. Mengenai hari dan tanggal wafatnya Sunan Kudus sampai sekarang tidak diketahui. Jadi upacara Buka Luwur tidak untuk mengahauli Sunan Kudus. Hanya saja untuk memperingati hari wafat beliau, pengurus memperingatinya bertepatan hari besar Islam, 10 Muharram.

Buka Luwur secara etimologi berarti membuka kain kafan. Sedangkan secara terminologi Buka Luwur adalah serangkaian upacara untuk memperingati wafatnya Sunan Kudus yang dilaksanakan pada tanggal 10 Muharam. Pada area sentral makam Sunan Kudus terdapat kain putih yang menghiasi  dinding makam dan langit-langit. Kain putih itu disebut luwur oleh warga sekitar. Luwur akan diganti dengan kain yang baru melalui prosesi Buka Luwur yang sengaja dibarengkan dengan peringatan 10 Muharam setiap tahunnya. 

Suasana Dapur Buka luwur
Menyoal tentang diadakannya pada tanggal 10 Muharam, sebab hari tersebut merupakan hari besar umat Islam. Pada hari itu Nabi Yunus keluar dari perut ikan paus. Nabi Yusuf keluar dari sumur ketika dibuang oleh saudara-saudaranya. Nabi Adam bertemu dengan Hawa di  Jabal Rahmah pada hari itu. Hari itu banjir bandang pada masa Nabi Nuh surut. Nabi Ibrahim selamat ketika di bakar Raja Namrud. Nabi Musa selamat dari kejaran Raja Firaun dan pasukannya. Nabi Ayub sembuh dari penyakit menahun yang dideritanya. Pada hari itulah hari kemenangan Nabi-Nabi Allah atas musuhnya. Sebab itu peringatan wafatrnya Sunan Kudus yang tidak diketahui diperingati pada tanggal 10 Muharam.

Secara kronologis sebenarnya proses upacara Buka Luwur diawalai dengan Jamas Pusaka. Preosesi ini merupakan  penyucian pusaka berupa keris yang diyakini milik Sunan Kudus dan pusaka lain peninggalan  beliau. Acara tersebut dilaksanakan pada hari Kamis Wage tanggal 10 Dzulhijjah 1433 H pukul tujuh pagi.

Tepat tanggal 1 Muharam 1434 H pada pukul  setengah  enam pagi diadakan  pelepasan Luwur dari area makam sentral. Luwur merupakan sejenis kelambu atau kain putih yang digunakan untuk menutupi makam daripada Sunan Kudus. Serta untuk menghiasi dinding dan langit-langit di sekeliling kompleks makam, Luwur. Karena Luwur tersebut telah menjadi bagian dari makan Sunan Kudus, tak ayal Luwur itu diperebutkan masyarakat yang ingin mendapatkan berkah.

Agenda selanjutnya yakni Munadharah Masail Diniyah yang diselenggarakan pada hari Ahad Legi tanggal 4 Muharam pukul setengah sembilan pagi. Kemudian malam harinya diadakan Doa Rasul dan Terbang Papat sebagai wujud kecintaan pada Rasulullah SAW. Pagi hari setelah shalat Shubuh dilangsungkan Khatmil Quran bil Ghaib yang dilanjutkan dengan Santunan Anak Yatim pukul delapan pagi. Pada jam yang sama, berlangsung juga acara pembagian bubur Asyura. Pembagian bubur ini diadakan setiap tahun untuk meneruskan tradisi Nabi Nuh. 

Bubur Nabi Nuh

Dahulu kala, pengikut Nabi Nuh yang setia melaksanakan perintah nabinya dengan mengikuti beliau naik kapal. Kala itu Nabi Nuh dan umatnya diterpa banjir bandang. Kemudian surutlah banjir bandang yang menerpa bumi. Di kapal tersebut masih tersisa beberapa makanan. Kemudian setelah banjir surut, oleh Nabi Nuh makanan itu dijadikan bubur dan dimakan bersama sebagai wujud syukur. Peristiwa inilah yang mendasari diteruskannya pembagian Bubur Asyura untuk mengenang peristiwa besar tersebut. “Agar umat Islam itu mengingat sejarahnya, berasal dari manusia kapal,” tutur KH. Sya’roni Ahmadi.


Tanggal 10 Muharam pukul setengah delapan malam diadakan Pengajian Umum yang dihadiri ulama Kabupaten Kudus dan Habib Umar Al-Muthahar. Dengan diadakannya pengajian ini diharapkan masyarakat bisa mengenal dan mengambil suri tauladan dari Sunan Kudus yang mewarisi akhlak Nabi. “Dengan segini banyaknya peziaraah yang berkunjung ke makam beliau, sudah tentu beliau adalah orang yang hebat. Kita tidak pernah bertemu beliau, tapi kita cinta beliau. Kita tidak pernah bertemu beliau, tapi kita terbayang wajahnya, kita terbayang akhlaknya, kepribadiannya dan bertemu dengannya,” tutur Habib Umar dalam Mauidhahnya.

Pembagian berkat umum dilaksanakan seusai shalat shubuh. Acara yang dinanti-nanti ini menyedot antusias warga, pria-wanita, tua-muda, luar kota-dalam kota, semuanya tumpah ruah dan tumplek blek ikut berebut nasi brekat. Masyarakat harus bersusah payah dan berdesak-desakan untuk mendapat jatah. “Saya senang dan puas mendapat nasi brekat ini. Saya sampai tidur di Masjid Menara tadi malam agar bisa antre pagi-pagi supaya tidak kehabisan,” tutur seorang warga yang ikut berdesak-desakan.

Buka Luwur berlangsung secara kronologis dan berjalan turun-temurun dari generasi ke generasi. Peringatan Buka Luwur mempunyai nilai yang tinggi untuk meneladani perjuangan para Wali khususnya Sunan Kudus, beliau Syekh Ja’far Shadiq.



Reporter: Rouf
Sumber: 1. Panitia Buku Luwur
              2.  Masyarakat  sekitar    

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Selamat Datang!

Popular Post

- Copyright © 2013 Tapak Tilas Kebudayaan -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -