Posted by : Tapak Tilas Kebudayaan
Selasa, 05 Februari 2013
Sebagai wujud
pelestarian budaya lokal yang riil, lahirlah sebuah komunitas budaya yang
beranggotakan pelajar sekolah mengengah. Komunitas ini bernama Bedhug. Komunitas ini mendapat
respon positif dari kalangan pelajar. Terbukti dengan banyaknya aktifitas yang
dilakukan.
Komunitas Bedhug
Komunitas ini bermula
dari Departemen Pengembangan Bakat FORKAPIK Kudus yang prihatin melihat keadaan
budaya lokal yang menjadi pendatang di rumahnya sendiri. Maka terbentuklah
komunitas Teater FORKAPIK. Setelah selang beberapa waktu, komunitas ini berubah
nama menjadi 9 Bintang. Setelah berjalan dengan nama baru tersebut, sang
pengusul nama keluar dari keanggotaan komunitas. Akhirnya berubahlah nama
tersebut menjadi Komunitas Bedhug yang diluncurkan pada Jumat, 28 Januari 2011. Nama inilah yang masyhur dan
bertahan sampai sekarang.
Bedhug adalah komunitas seni yang sangat mengedepankan kekeluargaan dalam setiap aktifitasnya. Sebagaimana komunitas seni lain, Bedhug merupakan komunitas yang bebas. Yang dimaksud adalah kebebasan dalam berkarya. Semua karya seni lokal masuk, apapun. Yang penting sesuai dengan norma luhur yang sejak awal diusung Bedhug.
Kegiatan komunitas ini
adalah berlatih teater, musik, seni rupa, seni tari dan kesenian lokal.
Komunitas ini mengedepankan kelokalan budaya Kudus untuk digalakkan kembali.
Dalam perkembangannya, Bedhug melebarkan sayap meliputi kebidayaan lokal
Indonesia. Setiap Jumat siang, Bedhug rutin berlatih kesenian local di Taman Budaya
Kudus Sosrokartono. Kegiatan Bedhug dilatih oleh Pembina, salah
satunya Bang Ali Rege. “Kita ini keluarga. Sampai kapanpun kita tetap keluarga.
Jangan sampai lupakan kita semua. Come on all rigth, Beb,” semangatnya
pada tenggang latihan.
Harlah Kedua
Kamis, 31 Januari
2013—Komunitas ini memperingati hari lahirnya yang kedua di Taman Budaya Kudus Sosrokartono. Dalam memperingati hari lahir, Bedhug mengadakan Workshop Kesenian dan Pementasan
Seni. Peringatan ini disambut tepuk tangan oleh anggota Bedhug. Terbukti dengan meriahnya peringatan Hari
Lahir Komunitas Bedhug.
Dalam pementasan yang bertema “Membentuk Jiwa
Kesenian pada Diri Kader NU” ini, Bedhug menyuguhkan kesenian dan
kebudayaan lokal.. Dalam acara kolosal ini ditampilkan tari saman, pementasan
naskah “Laron-Laron oleh Pri GS”. Kemudian ditampilkan Terbang Papat yang
dibawakan dengan apik oleh Bedhug. Setelah itu suasana digemparkan dengan
Musikalisasi Puisi oleh Bedhug . Aroma khas kebudayaan Jawa tercium kuat dari
dalam Sosorokartono. Anak-anak Bedhug yang mengubah suasana Sosrokartono yang
sepi menjadi meriah.
“Saya tantang kalian untuk mementaskan naskah kolosal. Yang paling besar adalah
naskah Pelacur dan Presiden. Berani kalian?” tantang Taufikurrahman, Ketua
LESBUMI Kabupaten Kudus, dalam sambutannya. Tantangan ini diamini oleh Bedhug
dengan penuh semangat. Beliau memberi waktu satu tahun dan menjanjikan
pendanaan jika tantangan itu dijawab dengan megah oleh Bedhug. Di harlah
keduanya, Bedhug berharap agar komunitas ini bisa terus bertahan dan berkembang
di tengah gempuran budaya asing yang cenderung digemari anak muda sekarang.
Banyak sekali aktifitas positif yang dapat kita
lakukan sebagai generasi muda bangsa untuk melestarikan budaya luhur kita
sendiri. Salah satunya sebagaimana yang dilakukan oleh Komunitas Bedhug. Maka
seyogyanya mari kita uir-uri dan lestarikan budaya kita dengan berbagai
aktifitas positif.
Reporter : Rouf
Narasumber : M. Syaifun Nashir, Ketua Komunitas Bedhug