Segala budaya luhur yang beratap
Indonesia wajib kita lindungi, harga mati. Yang harus kita lakukan adalah
melestarikan dan melindunginya dari segala gangguan, dari dalam maupun dari
luar. Salah satu gangguan kebudayaan lokal dari luar adalah masuknya berbagai
paham yang berseberangan dengan norma luhur yang kita anut. Misal saja
hedonisme. Semua elemen penting bangsa harus ikut membentengi budayanya
sendiri. Khususnya kita, generasi penerus bangsa yang bukan generasi copy-paste.
Kalangan yang paling rentan
terkena budaya hedonism adalah remaja. Dikarenakan pada fase ini anak cenderung
menganut dan meniru segala yang ada di lingkungannya. Dengan pesatnya arus
informasi, trak sulit bagi para perusak budaya untuk menyelipkan “racun” di
dalamnya. Oleh karena itu kita harus siap untuk menangkal datangnya
“racun-racun” itu, khususnya para remaja.
Pengertian
Hedonisme merupakan ajaran atau
budaya yang memandang bahwa kesenangan dan kenikmatan merupakan tujuan hidup
manusia. Budaya ini menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari
kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan yang
menyakitkan.
Pelajar bangku sekolah misalnya.
Mereka lebih senang bolos jika dirasa pelajaran memberatkan. Mereka asyik
memainkan dorongan seksual dari mulai berpacaran sampai hubungan seksual di
luar nikah. Parahnya, agama yang dianggap sebagai pengekang sudah mulai
ditinggalkan. Pengamatan sederhana tersebut cukup untuk menggambarkan bahwa
budaya Hedonisme sudah mulai ditiru remaja kita.
Remaja cenderung mengukur segala
hal dengan lensa kesenangan. Yang tidak mengandung kesenangan, ditinggalkan.
Remaja cenderung menghamburkan uang untuk kesenangan sesaat dan jangka pendek.
Suka nonton, shoping, konsumeris, bergaya hidup mewah dan berpola pikir
individualis. Fakta yang ada cukup memperkuat anggapan bahwa remaja kita demam
Hedonisme. Ini adalah langkah awal menuju bangsa yang suram tak bermasa depan
yang cerah.
Solusi
Semua solusi efektif harus mengena pada inti permasalahan. Dalam kasus ini,
inti masalah adalah gaya hidup dan pola pikir. Mencoba prihatin pada lingkungan
yang miris dapat kita lakukan dalam bentuk membelanjakan uang untuk kebutuhan
primer dan sekunder, menabung, tidak terlalu fanatik dan meluaskan wawasan
tentang budaya luhur yang menarik di Indonesia. Kemudian menyibukkan diri dalam
kegiatan atau komunitas yang banyak manfaat. Pramuka, KIR, Komunitas Penulis,
Komunitas Budaya, PMR, Pecinta Alam, Klub Olahraga dan banyak kegiatan lain
yang menyibukkan diri dengan pengalaman yang banyak manfaat.
Memang, masalah yang menguji bangsa tak akan pernah berhenti. Selalu akan
ada masalah. Karena itulah kita redakan masalah satu per satu. Bagi kita, mulai dari yang kecil, mulai dari diri
sendiri. Karena suatu yang kecil ini suatu saat akan berharga dan urgen.
Pepatah mengatakan, «Akibat satu paku terlepas, sepatu kuda ikut terlepas.
Akibat sepatu kuda terlepas, kuda tidak bisa berlari mengantar pesan. Akibat
pesan tidak sampai, kalah dalam perang».
Tidak ada komentar:
Posting Komentar